Rabu, 06 Februari 2008

Alas Kaki Yang Melegenda












Alas kaki yang melegenda

Seiring dengan perkembangan zaman yang terus berjalan seiring perjalanan perkembangan sejak hingga ditemukan sandal sebagai alas kaki, memang tidak ada yang tau asal usul pertama ditemukan alas kaki purba ini. sebut saja klompen atau biasa disebut bakiak ini akan selalu menemani kaki kita sebagai orang timur dirasa sudah melekat.

Foto & teks : yohan taryono widodo

www.yzukamotto.blogspot.com


Minggu pagi itu nampak lengang,tidak ada yang istimewa dibandingkan hari biasa di sekitar daerah ini. Lorong di sepanjang jalan ini memang merupakan sentra perkulaan pera pedagang mulai pakaian sampai sembako yang berada di sekitar jalan Kembang jepun atau biasa disebut “kya-kya”.

Lorong jalan yang dipenuhi dengan ornament bangunan peninggalan jaman Belanda.Namun di salah satu sudut jalan, Jl. Panggung ini nampak beberapa perajin kelompen, tak jauh dari mulut blok salah satunya Jaswadi,40, bapak 3 orang anak ini mengaku sudah hampir 10 tahun lalu ini menggelar barang dagangannya di depan bangun tua nomer 17 ini.

Sejak pukul 6 pagi ia bersiap menggelar dagangannya dengan sebilah pisau potong, paku, palu dan bahan kelompen yang masih polos, kelompen yang tesusun rapi dalam beberapa karung ini, dijumpai banyak macam pernik kelompen mulai dari yang polos,dicat hingga yang sudah dipelitur sehingga terlihat lebih bagus. Bangunan khas peninggalan belanda dan kelompen ini terasa begitu menyatu akan kesan klasiknya maka tidak salah jika ia memilih lokasi ini.

Mahalnya bahan baku kayu mentaos & mahoni dimana seruanglobal warning” dunia nampaknya juga mempengaruhi harga jual kelompen .ia mengaku belajar membuat kelompen ini dari Bp. Jaswadi perajin asal Jombang yang kemudian memberikan kepercayaan padanya untuk menjual di kota pahlawan ini.

Di depan teras selebar 1,5 x 3meter di salah satu bangunan tua no. 17 ini, terkadang dikala hujan mengguyur ia juga sudah menyiapkan tutup payung untuk melidungi barang dagangannya dari air hujan, namun ia terlihat tenang karena ini sudah biasa ia lakukan seperti musih penghujang datang

Pria kelahiran desa baptis kediri,40 tahun yang silam ini juga merasakan rejeki ketika dirasakan hujan bagi sebagian orang membawa bencana, bahaya namun berbeda apa yang dirasakannya justru sebaliknya. Alhamdulilah ,mas “ ungkap Jaswadi” .

Kalau musim hujan datang seperti ini adalah saat menggembirakan bagi dia & kawan-kawannya. Waktu menunjukkan pukul 8.30 pagi satu persatu orang yang melintas datang membeli beberapa kelompen buatannya. Tiga pasang kelompen dibeli “pak mangke pakune ditambahi , nggih pak?”nggih ..bu..njenengan tumbas pinten..setelah transaksi jadi Jaswadi lasngsung memasang paku tambahan di kelompen pilihan pembelinya.Pelangganya banyak yang membeli untuk dijual kembali di Madura & Gresik, ungkapnya.mengapa dipilih kayu mentaos ini juga karena halus dan lebih ringan.

Sepasang sandal buatannya dipatok Rp. 5.000.-/ pasangn, itupun bisa kurang jika belinya banyak, mas “tambah Jaswadi sambil tertawa “wong regine kelompen niki nggih mboten purun kalah kaliyan sandal jepit(baca: orang kelompen ini juga tidak mau kalah dengan harga sadal jepit). Bahan bakunya kayu ia dapatkan di Jombang-Jawa timur yang sudah dibentuk sedemikian rupa seperti kelompen pada umumnya dari yang polos sampai yang berduri (untuk refleksi kaki). Di jombang sangat banyak sekali tanaman kayu mentaos & mahoni edangkan di jalan pangung ini tinggal finishingnya saja.

Foto & teks : yohan taryono widodo

www.yzukamotto.blogspot.com


Tidak ada komentar: