Rabu, 23 Januari 2008

~[LIPUTAN FOTO JURNALISTIK ] Perlintasan KA Versi ASli Colour part II




Perlintasan KA Versi ASli Colour part II To : Koran Surya Email. redaksi@surya.co.id Subjec : WARTEG Senyum Penjaga Perlintasan KA

liputan ini juga sudah dimuat di harian pagi SURYA di rubrik WARTEG
tanggal 12 Desember 2007
ini linknya :
www.surya.co.id di pakai search : citizen jurnalism by yohan taryono widodo
http://www.surya.co.id/web/index.php/Citizen_Journalism/Penjaga_Perlintasan_KA_Atur_Lintasan_Selamatkan_Nyawa_.html

Sore itu ketika sang surya sudah sedikit meredup ke arah barat, menuju ke peraduan.tak jauh dari arah perempatan jalan Nias ke arah gubeng jaya gg II(dua). seringkali kita melihat dan mengetahuinya terlebih lagi mendengar suara laju kereta api yang melaju dari arah datang atau berangkat ketika melintas di pertigaan Jl. Gubeng jaya dari arah Jl. Nias lokasinya berjarak 200 meter tak jauh dari lokasi. Jalan kecil yang dibatasi dengan pagar pembatas dari potongan rel sepur (kereta) terpasang menancap ke tanah menjadi pagar dengan tanda lingkaran dengan garis strip ditengahnya (tanda stop) , ini pertanda hanya kendaraan roda dua yang boleh melalui jalan ini ,ya jalan pintas. Potong kompas yang selama ini sering kali digunakan oleh warga kita terkadang memang agar mempercepat waktu tempuh kita menuju tempat tujuan. Namun apa metoda jalan pintas ini tidak membahayakan si pengguna jalan.???
Memang di jalan pintas ini sangat ramai sekali nampak orang lalu lalang baik menggunakan kendaraan bermotor, sepeda maupun pejalan kaki. Nampak 2 orang bapak –bapak paruhbaya selalu sibuk mengatur kapan orang bisa melintasi jalan ini, dengan berbekal sempritan(peluit),topi dikala panas menyengat , jaket dan tanda penyetop dari kayu berbentuk lingkaran dengan warna merah, jika kereta api melintasi jalur ini. Sesekali ia duduk direl melihat dari kejauhan lampu perlintasan yang letaknya 200 meter dari arahnya kuning ada kereta lewat dan ketika lampu berwarna kuning kita harus berhenti dan ini lah ia harus memperbolehkan pengguna lintasan ini untuk melintas, dan jika lampu berwarna putih justru sebaliknya.
Nampak ada benda seperti speaker yang ia gunakan untuk menjadi sirine ketika kereta hendak melintas .nginginignging……..ngong nging .ngong…….kurang lebuh seperti intu bunyinya.
Bp. Bachri, Sugeng , dan Jono adalah figur orang yang bisa menjadi teladan / contoh . Bachri, 67 th sudah 36 tahun tinggal di Surabaya dan sudah tahu seluk beluk kota ini. lelaki asal kota tahu (kediri) ini setiap harinya berangkat dari rumahnya yang tempat tinggalnya tidak jauh dari pintu perlintasan mengaku berangkat setiap pagi jam 6 atau 7 pagi sudah ada di tempat. Mereka bertiga membagi jadwal jaga mereka selalu roliing tidak ada jadwal yang tetap kuncinya hanya komunikasi saja diantara mereka.
Bachri mendekati saya dan berusaha menunjukkan plat besi yang sudah agak berkarat tertancap di bibir rel dengan tulisan “ dilarang mendirikan bangunan diperlintasan ini karena akan segera dibangun lintasan / rel kereta api” sebenarnya ia sudah tidak mau menjaga pintu perlintasan ini, namun karena rasa kasihan melihat lintasan ini masih banyak dipakai orang dan tidak ada yang menjaga mereka bertiga masih tetap akan menjaganya tanpa pamrih, uangkapnya.
Memang hari itu yang kebetulan jaga adalah bachri dan sugeng karena jono rekannya kebetulan pulang kampung karena ada hajatan saudaranya , ungkap bachri.
Bachri yang dulunya pernah bekerja sebagai satpam di kantor telepon seluler swasta indosat di jl. Kayoon Surabaya ini mengaku kini dia sudah tidak bekerja lagi, dan ini adalah kesibukannya menjaga pintu perlintasan kereta api sembari menghilangkan kejenuhan dikala ia sudah tidak bekerja lagi, dan dirinya sangat terketuk sekali menlihat banyaknya korban yang barjatuhan ia menghitung 3-4 orang pernah meninggal di perlintasan kereta api ini / tahunnya.
Bachri menceritakan sedikitnya 3-4 orang /tahunnya terjadi kecelakaaan akibat melintas, karena ada yang sedang berjalan diatas rel dan menerima telepon HP namun sampai kereta yang melintas membunyikan klakson panjang tidak didengarnya , seketika itupun kereta menabrak pejalan kaki tersebut, uangkap dia.
Bachri , dan sugeng yang sudah sejak idul fitri tahun 2006 kemaren ini mengaku tidak ada yang membayarnya(gaji) baik dari PT.KA atau RT setempat, kaleng plastic yang dililitkan di pintu masuk & keluar dari perlintasan sebagai uang sukarela yang ia harapkan “diberi syukur tidak juga ga’papa?!” , tambahnya dengan nada rendah.
Lagi ia mengatakan”kami tidak pernah meminta uang dari pengguna yang melintas di lintasan ini. Ia tidak mau dikatakan meminta –minta mereka sama sekali tidak meminta dari tenaganya ini di mengapdi demi siapa juga dia tidak mengatakan hanya dia mengatakan karena rasa kasihan terhadap para pengguna jalur di persimpangan ini , baik mahasiswa, pelajar, pegawai dan umum yang selalu ia jumpai.
Perasaan kasihan yang muncul dari para bapak 2 ini yang menggugah hati mereka untuk menjaga pintu perlintasan.
Terkadang klo mendapatkan uang 30 ribu dari kaleng plastiknya mereka membanginya dengan adil diapa yang jaga waktu itu. Namun mereka selalu menyisahkan Rp. 5ooo untuk biaya kas perbaikan bantalan kereta api yang terbuat dari kayu. Kayu ini membentu pengguna agar tidak tersangkut dir el, ayang mengakibatkan berbahaya. Memang berbahaya sekali ketika kendaraan roda 2 melintas harus naik turun ketika melintas.
Di sudut yang sama nampak payung besar bekas muniman soft drink “coca cola “ditancapkan diatas warung soto di dekatnya dengan baduakn kayu & alas jog untuk beristirahat., terdengar dengan keras salah satu gelombang radio dengan volume tinggi yang sengaja manteng disana sebagai penghibur dikala ia melakukan “tugasnya” .
Hamper 1jam 30 menit bachri dan sugeng menemani saya tidak terasa sudah 5 kereta api sudah melintas waktu itu, tidak terasa waktu sudah larut waktu menunjukkan pukul 3 sore mentari sudah menyingsing, hanya satu yang mungkin masih bisa kita contoh teladan dari bapak –bapak ini adalah rasa teladannya, kepatuhannya pada komitment yang dibuat berdasarkan kesepakatan bersama demi kepentingan orang banyak ini lah yang mungkin bisa kita jadikan teladan yang patut ditiru. Namun yang mungkin menjadi membekas di benak kita apakah diantara paramuda ada yang mau meneruskan dikala mereka sudah tidak “bertugas” lagi. Apakah PJKA akan mendirikan rumah signal di kawasan ini atukah lintasan ini akan ditutup karena faktor keamanan.

Artikel by. Yohan Taryono Widodo ( yohan )
http://wiwid2005.multiply.com/photos/album/86/LIPUTAN_FOTO_JURNALISTIK_Perlintasan_KA_Versi_ASli_Colour_part_II
email:twelve20five@yahoo.com

Nb. foto ini belum ada editting hanaya sya compress aja ajar lebih mudah di up load

liputan ini juga sudah dimuat di harian pagi SURYA di rubrik WARTEG
tanggal 12 Desember 2007
ini linknya :
www.surya.co.id di pakai search : citizen jurnalism by yohan taryono widodo
http://www.surya.co.id/web/index.php/Citizen_Journalism/Penjaga_Perlintasan_KA_Atur_Lintasan_Selamatkan_Nyawa_.html

Tidak ada komentar: